ads-unit

Tsunami Membawa Martunis Mendunia

0
Senja merambat pada Sabtu (30/11/2104) lalu dikala seorang berjalan sambil memanggul bola dalam sebuah net. Dia menyusuri bibir pantai saat ombak menghempas darat dengan lembut. Pandangan menerawang jauh.

Sekira tiga depa di depannya, seorang pria asing tak bosan-bosan membidik wajah remaja berbaju hijau ini. Lampu blizt langsung mengkilati pria tanggung asal Desa Tibang, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh.

Pada lain waktu, dia harus berdiri depan kamera, bercerita tentang kisah kelamnya, terutama saat kampung-kampung digulung ombak raksasa satu dasawarsa lalu. Balada nan pilu itu dia dikuburkan bersama duka.

Hasratnya, ingin melangkah ke masa depan dengan penuh asa. Kakinya pun melaju ringan. Pada lain waktu remaja itu harus bermain bola sendirian sembari menendang dengan kencang. Penuh energi. Lakon itu harus dilakoni Martunis, sebulan terakhir.

Menjelang 10 tahun peringatan bencana tsunami, Martunis menjadi "selebritis". Dia dikejar banyak media, terutama dari luar negeri. "Sampai sekarang sudah ada 15 media yang meliput," ujarnya kepada saya baru-baru ini. "Masih banyak lagi yang meminta waktu."

Dari sekian banyak media, hanya satu yang membuatnya bahagia. "Nama kamu selalu dikenang bangsa Portugal. Setiap orang di sana selalu ingin tahu soal kamu." ujar  reporter LusaTv, Andreia Nogueira dari Portugal kepada Martunis baru-baru ini di Banda Aceh.

Televisi asal negara Cristiano Ronaldo itu sengaja datang ke Aceh khusus menjumpai remaja yang menjadi korban tsunami itu sepuluh tahun silam. Kalimat yang diucapkan wartawan Portugal itu membuat Martunis meniti hidup dengan penuh harapan.

* * *

Martunis adalah korban tsunami yang selamat dari bencana gempa dan tsunami yang menghumbalang Aceh pada 26 Desember 2004 lalu. Kala itu dia masih berumur tujuh tahun. Martunis ditemukan selamat di pinggiran laut desa Deah Raya, Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh. Berjarak sekitar lima kilometer dari rumahnya.

Martunis kecil langsung menghentak daratan Eropa, khususnya Portugal. Ini tak lain, karena saat ditemukan dia masih mengenakan kaos duplikat tim nasional Portugal. Kostum kecil bernomor punggung 10 itu milik Rui Costa.

Namanya makin membahana dan mengejutkan dunia, saat Cristiano Ronaldo, bintang sepakbola Portugal yang kala itu membela Manchester United unjuk simpati.

"Dia contoh untuk kita semua. Sungguh mengharukan sekaligus membahagiakan melihat seorang anak berusia tujuh tahun bisa bertahan selama 21 hari sendirian. Apalagi selama itu pula dia mengenakan kaus timnas Portugal, yang merupakan simbol kami," ujarnya kala itu seperti dikutip sejumlah situs sepakbola.

Bukan cuma CR7 yang menabur simpati. Tali asih serupa juga datang dari bintang top sepak bola lainnya semacam Luis Figo, Nuno Gomes, bahkan termasuk pelatih Luiz Felipe Scolari serta Gilberto Madail, ketika itu Ketua Federasi Sepakbola Portugal atau FPF (bahasa Portugis: Federação Portuguesa de Futebol).

Karena ketertarikan itu, kemudian bintang muda yang bermain selama tujuh musim di Liga Inggris menawari Martunis untuk menginap di rumahnya di Inggris guna menyaksikan pertandingan klub elite Liga Primer tersebut. Tawaran selanjutnya kemudian datang dari kapten timnas Portugal, Luis Figo.

Bintang Galacticos Real Madrid juga menyatakan keinginannya untuk membantu Martunis. Begitu pula dengan pelatih Luiz Felipe Scolari juga berniat untuk membelikan anak itu sebidang tanah di Aceh-Indonesia.

Sampai-sampai pelatih asal Brazil ini berujar, "Seorang anak kecil selamat dari tsunami dengan mengenakan kostum kebanggaan kita. Ini luar biasa. Kami akan mengundang dia ke Portugal," ujar Luis Felipe Scolari, ketika itu.

Bukan sekadar janji, Ronaldo dkk langsung memberi bukti. Hari yang dijanjikan pun tiba. Martunis bersama ayahnya serta seorang dokter diundang ke Portugal pada 30 Mei - 4 Juni 2005. Dia nyaris tak percaya, ketika benar-benar harus berangkat ke Eropa memenuhi undangan Portugal.

Dalam lawatan itu, Martunis dan Sarbini disambut bak pahlawan pulang perang. Sepekan di negerinya Vasco da Gama ini, dia menjadi seperti tamu agung di negara itu. Martunis dielu-elukan Portugal.

Martunis juga berkunjung ke Oeiras, markas tim nasional Portugal. Di sinilah dia bertemu dengan Cristiano Ronaldo, yang kemudian memberinya sebuah kostum orisinal kebanggaannya. Di belakangnya ditulis nomor 1 dengan nama Martunis.

Yang tak dapat dilupakan Martunis tentu saja saat menyaksikan laga Portugal kontra Slovakia, yang dimenangkan Ronaldo Cs dengan skor 2-0. Dia duduk disamping idolanya Rui Costa menonton ajang kualifikasi Piala Dunia 2006 di Stadion Da Luz, Lisbon.

Saat gol tercipta, keduanya terlihat melakukan tos dengan mantan bincang AC Milan ini. Praktis kehadirannya di stadion tempat digelarnya final Euro 2004 tersebut langsung menjadi fokus perhatian sekitar 60 ribu penonton.

Kala itu, di antara puluhan ribu penonton itu, juga hadir Presiden Portugal Jorge Sampaio dan Perdana Menteri Timor Leste Mari Alkatiri (ketika itu). Kecuali petinggi negeri itu, Tunis juga bersua dengan legenda sepakbola Portugal Eusebio.

Hubungan emosional Martunis dan Portugal dan khususnya Ronaldo tak pernah putus. Ini terbukti, saat kekasih Irina Shayk itu berkunjung ke Bali, Martunis ikut mendampingi. Ronaldo ke Bali dalam rangka menjadi Duta Manggrove.

Ronaldo bersedia melintasi benua dengan jet pribadi untuk mengkampanyekan pentingnya menjaga kelestarian alam, terutama pesisir. Saat itu, pemuda ini mengakui, Martunis menjadi inspirasi baginya untuk terjun ke berbagai aksi sosial.

Memang agak menyesakkan. Di saat orang lain di Portugal selalu "menganggap" Martunis sebagai pahlawan, di negeri sendiri dia malah "diabaikan". Nyaris tak ada instansi yang peduli dengan kegiatan Martunis.

"Setelah pulang dari Bali bertemu Ronaldo, saya juga dinobatkan sebagai Duta Manggrove Aceh olah mahasiswa, dan sampai sekarang saya ingin mengkampanyekan tentang pentingnya kita peduli dengan alam, terutama pesisir," katanya.

Apalagi menurut Martunis, kebanyakan media mancanegara itu bertanya apa yang akan dilakukan di masa depan. "Saya jawab, selain ingin menjadi pemain bola profesional seperti Ronaldo, dan juga ingin mengkampanyekan agar warga Aceh selalu sigap ketika datang bencana," paparnya.

Bila Martunis familiar di negeri orang, maka di dalam negeri sebaliknya. Bahkan tak semua penduduk hafal wajahnya, apalagi setelah 10 tahun kemudian. "Ooo, jadi itu sekarang Martunis, sudah beda ya," ujar Lina, seorang ibu rumah tangga di kawasan Lampineung, Banda Aceh.

Lain halnya dengan mantan kiper Persiraja, Sisgiardi. Dia menyayangkan lembaga semacam Dinas Pemuda dan Olahraga yang seperti melupakan dia. "Seharusnya dia menjadi ikon tsunami untuk cabang sepakbola," paparnya.

Persoalan dia tidak seperti mantan bomber Laskar Rencong Irwansyah, itu persoalan lain kata Sisgiardi. "Ikon itu tidak mesti harus ikut lomba dulu seperti duta wisata. Apalagi Martunis sudah tenar di luar negeri. Ini potensi menarik, tapi sayangnya diabaikan," kata mantan pemain PSMS Medan ini lagi.

Sang ayah Sarbini tak berharap banyak pada pihak lain. Dia hanya ingin anaknya terus menyalurkan hobinya dan juga belajar. "Kalau saya terserah maunya dia. Kalau ingin terus bermain bola itu bagus sesuai keinginannya. Kami orang tua mendukung dan mengarahkan saja," sebut dia.

Kini, Sarbini menginginkan yang terbaik bagi putranya. "Saya terus dukung dan desak dia agar terus bermain bola. Semoga saja di bisa menjadi pemain profesional nantinya," papar pria berkumis lebat itu. "Ya, teruslah main bola."

Martunis sendiri sudah mengapungkan cita-cita pada sepakbola sekaligus kampanye lingkungan. "Mahasiswa sudah menobatkan saya sebagai duta manggrove, ya saya jalani saja untuk kepentingan bersama."

Langkah yang ingin ditempuh Martunis mengisyaratkan bahwa sepakbola itu universal. Melalui sepakbola, orang bisa berkampanye untuk tujuan kemanusian dan juga kemaslatan. Tentu saja seperti yang sudah dilakukan Ronaldo dan pemain top dunia lainnya.

Melalui olahraga yang digandrungi penduduk bumi itu, sejatinya kita bisa satu suara. Olahraga --khususnya sepakbola --- bukan semata-mata untuk merenguk prestasi saja, tapi lebih dari itu. Membangun persaudaraan, melawan diskriminasi dan bahwa berbuat amal.

Oleh sebab itu, rasanya tak berlebihan bila kita menganggap,--- secara tidak langsung, --- Martunis sudah turut berperan mengkampanyekan sisi humanis dari olahraga, khususnya sepakbola. Jika apa yang dilakukannya kurang berdampak, tentu tak bisa semuanya disalahkan dia.

Memang, tsunami ikut "menghanyutkan" Martunis sampai ke Portugal, tapi sayang, dia malah nyaris dilupakan di negeri sendiri. Padahal sosoknya laksana lagenda di Eropa. "Kamu akan selalu dikenang bangsa Portugal,” kenangnya pada kalimat Andreia Nogueira. [Munawardi Ismail] 20/12/14

About The Author

Hello, I am an web designer/developer from Melbourne, Australia. Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium .