ads-unit

Syakir, Idola Pemain Termuda Danone

0
PIALA Danone 2015 memang sudah berakhir. Juaranya tidak jauh-jauh dari kawasan yang selama ini dikenal sebagai sentral sepakbola. Apalagi kalau bukan Bireuen dan Aceh Utara. Kali ini, Putra Krueng Mane pemenangnya.

Ada cerita menarik yang luput dari amatan banyak kalangan, terutama di tubuh tim pemenang. Dalam Kualifikasi Aqua Danonen Nations Cup 2015 regional Aceh, Sekolah Sepak Bola (SSB) Putra Krueng Mane punya 12 pemain.

Dari selusin pemain itu, tercantumlah Lutfi Al Farizi. Dia memang kalah bersaing dengan Alvin Nafis, Revi Ajral Saputra, Ridwan, Rahmat, Firdaus, Ikhwan Nurkhalid, Zawil Qiram, Muhammad Sultan Rizki, Rizalul Zikri, Syahrizal dan Renaldi.

Pun begitu, pemain cilik kelahiran 23 September 2004 ini tercatat sebagai pemain termuda di festival sepakbola itu. Tubuhnya memang paling mungil di antara "senior"-nya. Jam terbang juga minim sekali.

Sepanjang babak penyisihan, 16 besar, delapan besar hingga semifinal, posisi pengagum Andik Vermasyah itu masih menghangati bangku cadangan. Baru di final saat bentrok dengan SSB PTBC Dewantara, Farizi beraksi.

Meski hanya tiga menit diberi waktu oleh sang pelatih, Samsul Bahri M.Pd berlari di lapangan, itu sudah cukup membuatnya bahagia dan bangga. Bersama teman-teman dia ikut meriuhkan selebrasi juara, saat menang di Stadion H Dimurthala, Banda Aceh, Minggu (55/4) lalu.

Bagi Farizi, itu adalah langkah awal yang melambungkan memotivasinya. Sebab dia ingin menggapai cita-cita sebagai pemain profesional. Bukan hanya itu, dia juga berhasrat mengikuti jejak abangnya yang pernah menjadi pemain muda terbaik Liga Super Indonesia 2013.

Tentu saja, pengagum Barcelona dan pemain asal Brasil Neymar itu, ingin berkarier di lapangan hijau suatu saat nanti. "Kalau ada umur panjang dia memang ingin menjadi pemain bola," tutur Sulaiman Isa (54), ayah sang bocah belum lama ini.

Sang ayah mengaku, murid kelas 4 MIN Krueng Mane ini terlalu dini tampil di ajang tersebut. Tetapi, karena motivasi Farizi tinggi, maka dia pun turut serta bergabung dengan tim.

"Insya Allah jika ada umur panjang, dalam dua tahun ini dia masih punya peluang," sebutnya. "Tubuhnya memang kecil, dia malas sekali makan. Apalagi kalau sudah latihan bola, makan-makan lupa," ujar Sulaiman dalam bahasa Aceh.

Soal makan memang jadi semacam musuh utama Farizi, tapi tidak dengan sepatu dan bola. Dengan dua benda itu dia selalu bersama. Begitulah, sehari-hari putra bungsu pasangan Sulaiman Suriati ini.

Tapi, bila sudah menginjak rumput, seleranya sudah beda. Sebab, tekadnya memang ingin mengikuti jejak sang abang yang pernah bermain untuk PSSB Bireuen, Persiraja Banda Aceh, Barito Putra dan kini membela Sriwijaya FC.

"Soal makan ini memang selalu jadi kesulitan kami. Kalau makan harus dipaksa terus. Abangnya juga sudah sering kasih tahu, tapi Farizi masih tetap begitu," ujar papar ayah Syakir Sulaiman ini.

Bagi Farizi, sang abang juga tetap menjadi idola. Itu pula yang membuat dia makin semangat berlatih. "Saya sering telpon bang Akin, minta beli baju, sepatu juga," sahutnya sambil malu-malu.

Bang Akin adalah panggilan keluarga Sulaiman untuk mantan pemain Timnas U-23 yang pernah trial di klub Liga Jepang bersama Irfan Bachdim dua tahun lalu. "Kadang tiap hari saya telpon bang Akin," sebutnya.

Syakir, sang gelandang yang kini sedang berada di Bumi Sriwijaya juga mengaku hal serupa. "Dia memang susah sekali makan, padahal sering dikasih tahu," kata pemain orbitan Herry Kiswanto ini secara terpisah.

Meski susah makan, tak menjadi penghalang Farizi untuk menjadi pemain profesional. Semoga. [Munawardi Ismail]

About The Author

Hello, I am an web designer/developer from Melbourne, Australia. Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium .